Rindu yang terbalut bayangan semu, menghasilkan guratan-guratan
kegusaran. Ketika mimpi hanya angan yang diratapi. Dan kepercayaan diri
yang memudar untuk tetap berdiri tegar berharap kerinduan ini akan
terbalas. Tetapi aku masih tangguh untuk menetap. Lalu, coretan-coretan
masa depan yang buram, kubiarkan membentuk wajahmu. Bersama-yang
kupercaya-rencana Tuhan yang mungkin akan mempersatukan kita, tibalah
saatnya aku hanya bisa menunggu dengan sisa-sisa kesabaran yang hampir
habis. Menanti waktu aku dan kamu akan bersatu diantara banyaknya
rencana yang telah Tuhan tentukan.
Namun, dalam ruang lingkup
yang berbeda, aku pedih oleh pembatas antara mimpi dan kenyataan. Sakit
diantara manis dan pahit rasanya mencintaimu yang tidak pernah tahu
bahwa disini ada seseorang yang berharap kau selalu ada disampingnya,
setiap saat dan selamanya.
Pelangi itu tercipta tiba-tiba saat aku sedang bermimpi. Aku geram, mengapa hanya di dalam mimpi aku bisa merasakan kebahagiaan?
Aku
hanya membutuhkan seseorang untuk tempatku berbagi cerita dan memberi
kenyamanan. Maka, disitulah aku merasakan sebersit kebahagiaan, namun
seseorang yang kuharapkan kamulah orangnya, bahkan tak mengenal siapa
diriku.
Dan ketika rasa itu kurasakan mulai masuk, aku yang
membiarkannya menetap di bagian ruang yang kosong di hatiku. Bukan
sengaja, hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara mengusirnya. Lalu,
rasa itu tumbuh dengan sendirinya, tetapi lagi-lagi aku yang
membiarkannya tumbuh membesar.
Karena.. cinta tidak berhak
untuk disalahkan, maka aku memaki diriku sendiri yang tak henti berharap
dan menyatakannya sebagai kesalahan karena telah mencintaimu.
Salahkukah
mencintai? Mungkin, kamulah yang terlalu jauh untuk ku dapatkan, hingga
mencintaimu adalah kesalahan fatal yang kubiarkan membesar.
Ia begitu cepat masuk dan tidak memberi penjelasan mengapa ia masuk begitu saja, lalu bersarang di suatu sudut terdalam.
Lalu
bagaimana agar perasaan ini tidak memaksaku untuk merindukanmu
terus-menerus? Begitu indah memang, namun kurasa lebih banyak
menyakitkan. Sehingga, aku terus membiarkan rindu ini menumpuk. Aku
hanya dapat memendam perasaan ini seorang diri, dengan mulut terkunci
dan pikiran serta hatiku berbicara lebih banyak.
Hingga kini, apa? Berlarut-larut dalam cinta, menunggu fatamorgana.
Menahan cemburu, karena aku bukanlah siapa-siapamu. Itu menyesakkan.
Samar-samar
kurasakan. Ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan aku benci
perasaan itu yang begitu mencambukku. Tidak diharapkan datang, namun
ketika ia tiba, aku menikmati keberadaannya:')
Oct 15, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Oct 15, 2012
.....
Labels:
APASIH INI!!!!
Rindu yang terbalut bayangan semu, menghasilkan guratan-guratan
kegusaran. Ketika mimpi hanya angan yang diratapi. Dan kepercayaan diri
yang memudar untuk tetap berdiri tegar berharap kerinduan ini akan
terbalas. Tetapi aku masih tangguh untuk menetap. Lalu, coretan-coretan
masa depan yang buram, kubiarkan membentuk wajahmu. Bersama-yang
kupercaya-rencana Tuhan yang mungkin akan mempersatukan kita, tibalah
saatnya aku hanya bisa menunggu dengan sisa-sisa kesabaran yang hampir
habis. Menanti waktu aku dan kamu akan bersatu diantara banyaknya
rencana yang telah Tuhan tentukan.
Namun, dalam ruang lingkup yang berbeda, aku pedih oleh pembatas antara mimpi dan kenyataan. Sakit diantara manis dan pahit rasanya mencintaimu yang tidak pernah tahu bahwa disini ada seseorang yang berharap kau selalu ada disampingnya, setiap saat dan selamanya.
Pelangi itu tercipta tiba-tiba saat aku sedang bermimpi. Aku geram, mengapa hanya di dalam mimpi aku bisa merasakan kebahagiaan?
Aku hanya membutuhkan seseorang untuk tempatku berbagi cerita dan memberi kenyamanan. Maka, disitulah aku merasakan sebersit kebahagiaan, namun seseorang yang kuharapkan kamulah orangnya, bahkan tak mengenal siapa diriku.
Dan ketika rasa itu kurasakan mulai masuk, aku yang membiarkannya menetap di bagian ruang yang kosong di hatiku. Bukan sengaja, hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara mengusirnya. Lalu, rasa itu tumbuh dengan sendirinya, tetapi lagi-lagi aku yang membiarkannya tumbuh membesar.
Karena.. cinta tidak berhak untuk disalahkan, maka aku memaki diriku sendiri yang tak henti berharap dan menyatakannya sebagai kesalahan karena telah mencintaimu.
Salahkukah mencintai? Mungkin, kamulah yang terlalu jauh untuk ku dapatkan, hingga mencintaimu adalah kesalahan fatal yang kubiarkan membesar.
Ia begitu cepat masuk dan tidak memberi penjelasan mengapa ia masuk begitu saja, lalu bersarang di suatu sudut terdalam.
Lalu bagaimana agar perasaan ini tidak memaksaku untuk merindukanmu terus-menerus? Begitu indah memang, namun kurasa lebih banyak menyakitkan. Sehingga, aku terus membiarkan rindu ini menumpuk. Aku hanya dapat memendam perasaan ini seorang diri, dengan mulut terkunci dan pikiran serta hatiku berbicara lebih banyak.
Hingga kini, apa? Berlarut-larut dalam cinta, menunggu fatamorgana.
Menahan cemburu, karena aku bukanlah siapa-siapamu. Itu menyesakkan.
Samar-samar kurasakan. Ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan aku benci perasaan itu yang begitu mencambukku. Tidak diharapkan datang, namun ketika ia tiba, aku menikmati keberadaannya:')
Namun, dalam ruang lingkup yang berbeda, aku pedih oleh pembatas antara mimpi dan kenyataan. Sakit diantara manis dan pahit rasanya mencintaimu yang tidak pernah tahu bahwa disini ada seseorang yang berharap kau selalu ada disampingnya, setiap saat dan selamanya.
Pelangi itu tercipta tiba-tiba saat aku sedang bermimpi. Aku geram, mengapa hanya di dalam mimpi aku bisa merasakan kebahagiaan?
Aku hanya membutuhkan seseorang untuk tempatku berbagi cerita dan memberi kenyamanan. Maka, disitulah aku merasakan sebersit kebahagiaan, namun seseorang yang kuharapkan kamulah orangnya, bahkan tak mengenal siapa diriku.
Dan ketika rasa itu kurasakan mulai masuk, aku yang membiarkannya menetap di bagian ruang yang kosong di hatiku. Bukan sengaja, hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara mengusirnya. Lalu, rasa itu tumbuh dengan sendirinya, tetapi lagi-lagi aku yang membiarkannya tumbuh membesar.
Karena.. cinta tidak berhak untuk disalahkan, maka aku memaki diriku sendiri yang tak henti berharap dan menyatakannya sebagai kesalahan karena telah mencintaimu.
Salahkukah mencintai? Mungkin, kamulah yang terlalu jauh untuk ku dapatkan, hingga mencintaimu adalah kesalahan fatal yang kubiarkan membesar.
Ia begitu cepat masuk dan tidak memberi penjelasan mengapa ia masuk begitu saja, lalu bersarang di suatu sudut terdalam.
Lalu bagaimana agar perasaan ini tidak memaksaku untuk merindukanmu terus-menerus? Begitu indah memang, namun kurasa lebih banyak menyakitkan. Sehingga, aku terus membiarkan rindu ini menumpuk. Aku hanya dapat memendam perasaan ini seorang diri, dengan mulut terkunci dan pikiran serta hatiku berbicara lebih banyak.
Hingga kini, apa? Berlarut-larut dalam cinta, menunggu fatamorgana.
Menahan cemburu, karena aku bukanlah siapa-siapamu. Itu menyesakkan.
Samar-samar kurasakan. Ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan aku benci perasaan itu yang begitu mencambukku. Tidak diharapkan datang, namun ketika ia tiba, aku menikmati keberadaannya:')
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment