Oct 15, 2012

.....

Rindu yang terbalut bayangan semu, menghasilkan guratan-guratan kegusaran. Ketika mimpi hanya angan yang diratapi. Dan kepercayaan diri yang memudar untuk tetap berdiri tegar berharap kerinduan ini akan terbalas. Tetapi aku masih tangguh untuk menetap. Lalu, coretan-coretan masa depan yang buram, kubiarkan membentuk wajahmu. Bersama-yang kupercaya-rencana Tuhan yang mungkin akan mempersatukan kita, tibalah saatnya aku hanya bisa menunggu dengan sisa-sisa kesabaran yang hampir habis. Menanti waktu aku dan kamu akan bersatu diantara banyaknya rencana yang telah Tuhan tentukan.


Namun, dalam ruang lingkup yang berbeda, aku pedih oleh pembatas antara mimpi dan kenyataan. Sakit diantara manis dan pahit rasanya mencintaimu yang tidak pernah tahu bahwa disini ada seseorang yang berharap kau selalu ada disampingnya, setiap saat dan selamanya.
Pelangi itu tercipta tiba-tiba saat aku sedang bermimpi. Aku geram, mengapa hanya di dalam mimpi aku bisa merasakan kebahagiaan?
Aku hanya membutuhkan seseorang untuk tempatku berbagi cerita dan memberi kenyamanan. Maka, disitulah aku merasakan sebersit kebahagiaan, namun seseorang yang kuharapkan kamulah orangnya, bahkan tak mengenal siapa diriku.


Dan ketika rasa itu kurasakan mulai masuk, aku yang membiarkannya menetap di bagian ruang yang kosong di hatiku. Bukan sengaja, hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara mengusirnya. Lalu, rasa itu tumbuh dengan sendirinya, tetapi lagi-lagi aku yang membiarkannya tumbuh membesar.


Karena.. cinta tidak berhak untuk disalahkan, maka aku memaki diriku sendiri yang tak henti berharap dan menyatakannya sebagai kesalahan karena telah mencintaimu.

Salahkukah mencintai? Mungkin, kamulah yang terlalu jauh untuk ku dapatkan, hingga mencintaimu adalah kesalahan fatal yang kubiarkan membesar.


Ia begitu cepat masuk dan tidak memberi penjelasan mengapa ia masuk begitu saja, lalu bersarang di suatu sudut terdalam.


Lalu bagaimana agar perasaan ini tidak memaksaku untuk merindukanmu terus-menerus? Begitu indah memang, namun kurasa lebih banyak menyakitkan. Sehingga, aku terus membiarkan rindu ini menumpuk. Aku hanya dapat memendam perasaan ini seorang diri, dengan mulut terkunci dan pikiran serta hatiku berbicara lebih banyak.

Hingga kini, apa? Berlarut-larut dalam cinta, menunggu fatamorgana.


Menahan cemburu, karena aku bukanlah siapa-siapamu. Itu menyesakkan.

Samar-samar kurasakan. Ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan aku benci perasaan itu yang begitu mencambukku. Tidak diharapkan datang, namun ketika ia tiba, aku menikmati keberadaannya:')

0 comments:

Post a Comment

Oct 15, 2012

.....

Rindu yang terbalut bayangan semu, menghasilkan guratan-guratan kegusaran. Ketika mimpi hanya angan yang diratapi. Dan kepercayaan diri yang memudar untuk tetap berdiri tegar berharap kerinduan ini akan terbalas. Tetapi aku masih tangguh untuk menetap. Lalu, coretan-coretan masa depan yang buram, kubiarkan membentuk wajahmu. Bersama-yang kupercaya-rencana Tuhan yang mungkin akan mempersatukan kita, tibalah saatnya aku hanya bisa menunggu dengan sisa-sisa kesabaran yang hampir habis. Menanti waktu aku dan kamu akan bersatu diantara banyaknya rencana yang telah Tuhan tentukan.


Namun, dalam ruang lingkup yang berbeda, aku pedih oleh pembatas antara mimpi dan kenyataan. Sakit diantara manis dan pahit rasanya mencintaimu yang tidak pernah tahu bahwa disini ada seseorang yang berharap kau selalu ada disampingnya, setiap saat dan selamanya.
Pelangi itu tercipta tiba-tiba saat aku sedang bermimpi. Aku geram, mengapa hanya di dalam mimpi aku bisa merasakan kebahagiaan?
Aku hanya membutuhkan seseorang untuk tempatku berbagi cerita dan memberi kenyamanan. Maka, disitulah aku merasakan sebersit kebahagiaan, namun seseorang yang kuharapkan kamulah orangnya, bahkan tak mengenal siapa diriku.


Dan ketika rasa itu kurasakan mulai masuk, aku yang membiarkannya menetap di bagian ruang yang kosong di hatiku. Bukan sengaja, hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara mengusirnya. Lalu, rasa itu tumbuh dengan sendirinya, tetapi lagi-lagi aku yang membiarkannya tumbuh membesar.


Karena.. cinta tidak berhak untuk disalahkan, maka aku memaki diriku sendiri yang tak henti berharap dan menyatakannya sebagai kesalahan karena telah mencintaimu.

Salahkukah mencintai? Mungkin, kamulah yang terlalu jauh untuk ku dapatkan, hingga mencintaimu adalah kesalahan fatal yang kubiarkan membesar.


Ia begitu cepat masuk dan tidak memberi penjelasan mengapa ia masuk begitu saja, lalu bersarang di suatu sudut terdalam.


Lalu bagaimana agar perasaan ini tidak memaksaku untuk merindukanmu terus-menerus? Begitu indah memang, namun kurasa lebih banyak menyakitkan. Sehingga, aku terus membiarkan rindu ini menumpuk. Aku hanya dapat memendam perasaan ini seorang diri, dengan mulut terkunci dan pikiran serta hatiku berbicara lebih banyak.

Hingga kini, apa? Berlarut-larut dalam cinta, menunggu fatamorgana.


Menahan cemburu, karena aku bukanlah siapa-siapamu. Itu menyesakkan.

Samar-samar kurasakan. Ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan aku benci perasaan itu yang begitu mencambukku. Tidak diharapkan datang, namun ketika ia tiba, aku menikmati keberadaannya:')

No comments:

Post a Comment

 

/ˈfeəriˌteɪl/ Template by Ipietoon Cute Blog Design