Mencintaimu diam-diam adalah caraku agar aku dapat menghargai setiap detik melihat raut wajah dan titik-titik yang membentuk guratan senyum dengan pola sempurna wajahmu. Lekukan senyumanmu, membuatku seolah ingin ikut tersenyum.
Hanyut terbawa oleh setiap erangan-erangan dari hatiku yang terus memanggil namamu, agak nyeri, namun itu yang selalu ku lakukan. Merindumu bukan hal tabu yang ku lakukan setiap hari, namun bibirku menolak berbicara kejujuran, lalu yang ku lakukan hanya diam dan mencintai sendirian terus-menerus.
Bulu-bulu indah yang tersusun rapih di alismu, menyatu dan membentuk warna hitam gelap yang istimewa.
Rapatnya gigimu yang elok, pemanis senyum lebarmu yang ku simpan rapih ingatan rautmu dalam memori otakku, tidak pernah bosan untuk seringkali ku bayangkan.
Bayangmu itu tidak pernah bosan pula melintas dalam benakku. Lirih suaramu yang nyaring, sering terdengar pekak di telingaku saat video kecerianmu yang juga tersimpan dalam memori otakku aku putar.
Dunia mimpi yang indah beralih kepadaku setiap malam-malam dengan diiringi konser jangkrik merdu. Mimpi itu bercerita betapa bahagianya aku dan kamu, saling mendekat dan bergenggaman tangan begitu erat, bertatap mata sangat lama dan tubuh kita menyatu di suatu pelukan hangat. Namun ketika aku bangun, semuanya nampak kembali seperti duniaku yang tidak berarti tanpa sosokmu yang melengkapi.
Aku gusar, membuat bayangan fatamorgana itu menjadi nyata. Seakan-akan bermain layaknya mimpi. Dalam pandangan kosong, berkhayal adalah hobiku yang tidak jarang ku lakukan.
Menyatukan puzzle wajah dan aktivitas yang indah, disetiap bagiannya terdapat wajahku dan wajahmu yang tersenyum dan tertawa bahagia, namun selalu ada bagian yang hilang, yaitu pemersatu kita; cinta. Karena aku yang selalu mencintai dan kamu yang hanya bisa menganggapku sebagai seorang teman biasa. Itulah kita, tidak bisa bersatu. Aku hanya bisa merapalkan namamu dalam doa, lalu merangkai kisah khayalan sendiri, dan tidak dapat menjadi nyata.
Aku meronta dengan sedikit erangan kesal. Karena ketika aku mencoba membuka pintu hatiku yang sekaligus menjadi tameng, aku malah jatuh ke lubang yang sama lagi, mencintai tanpa dicintai. Dan aku sangat ngilu dengan perasaanku sendiri. Merasakan perih yang teramat sangat ketika melihatnya mendekati yang lain. Tetapi apa yang bisa dilakukan oleh seorang 'lover' ketika dia bukan siapa-siapa'nya'? Diam, menahan sakit sendirian, dan berakhir menangis pula. Aku hanya terlalu lelah.
Kecenderunganku menahan sakit sendirian malah membuatku kewalahan, terkadang ingin menangis tetapi tidak bisa dan itu lebih menyiksa lagi. Lalu, saat rindu menyergap tiba-tiba, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, lalu hanya bisa meratap dipenghujung ceritanya.
Mencintamu diam-diam adalah cara tersakit dan terindah. Saat senang, aku sendirian yang merasa. Saat sedih, aku sendiri juga yang merasa. Saat rindu menyumbat, aku sendiri yang tersiksa. Saat balutan 'ingin dicintai baik' menerpa, aku hanya bisa menahan nyerinya sendirian.
SENDIRIAN....
Menyakitkan bila, kita sudah menyatakan atau memberi kode, tetapi malah pengabaian yang diberikan.
Menyakitkan bila, kita mencintai lalu tanpa balasan atau uluran kasih sayang, kita begitu saja disia-siakan.
Menyakitkan bila, kita menyayangi, tetapi malah terperangkap dalam friendzone.
Menyakitkan bila, kita hanya bisa menunggu dan menangis adalah jalan terakhir yang bisa dilakukan.
Menyakitkan bila, diberi harapan dan tidak berakhir dengan jalinan hubungan.
Oct 10, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Oct 10, 2012
secretly..
Labels:
ehm:')
Mencintaimu diam-diam adalah caraku agar aku dapat menghargai setiap detik melihat raut wajah dan titik-titik yang membentuk guratan senyum dengan pola sempurna wajahmu. Lekukan senyumanmu, membuatku seolah ingin ikut tersenyum.
Hanyut terbawa oleh setiap erangan-erangan dari hatiku yang terus memanggil namamu, agak nyeri, namun itu yang selalu ku lakukan. Merindumu bukan hal tabu yang ku lakukan setiap hari, namun bibirku menolak berbicara kejujuran, lalu yang ku lakukan hanya diam dan mencintai sendirian terus-menerus.
Bulu-bulu indah yang tersusun rapih di alismu, menyatu dan membentuk warna hitam gelap yang istimewa.
Rapatnya gigimu yang elok, pemanis senyum lebarmu yang ku simpan rapih ingatan rautmu dalam memori otakku, tidak pernah bosan untuk seringkali ku bayangkan.
Bayangmu itu tidak pernah bosan pula melintas dalam benakku. Lirih suaramu yang nyaring, sering terdengar pekak di telingaku saat video kecerianmu yang juga tersimpan dalam memori otakku aku putar.
Dunia mimpi yang indah beralih kepadaku setiap malam-malam dengan diiringi konser jangkrik merdu. Mimpi itu bercerita betapa bahagianya aku dan kamu, saling mendekat dan bergenggaman tangan begitu erat, bertatap mata sangat lama dan tubuh kita menyatu di suatu pelukan hangat. Namun ketika aku bangun, semuanya nampak kembali seperti duniaku yang tidak berarti tanpa sosokmu yang melengkapi.
Aku gusar, membuat bayangan fatamorgana itu menjadi nyata. Seakan-akan bermain layaknya mimpi. Dalam pandangan kosong, berkhayal adalah hobiku yang tidak jarang ku lakukan.
Menyatukan puzzle wajah dan aktivitas yang indah, disetiap bagiannya terdapat wajahku dan wajahmu yang tersenyum dan tertawa bahagia, namun selalu ada bagian yang hilang, yaitu pemersatu kita; cinta. Karena aku yang selalu mencintai dan kamu yang hanya bisa menganggapku sebagai seorang teman biasa. Itulah kita, tidak bisa bersatu. Aku hanya bisa merapalkan namamu dalam doa, lalu merangkai kisah khayalan sendiri, dan tidak dapat menjadi nyata.
Aku meronta dengan sedikit erangan kesal. Karena ketika aku mencoba membuka pintu hatiku yang sekaligus menjadi tameng, aku malah jatuh ke lubang yang sama lagi, mencintai tanpa dicintai. Dan aku sangat ngilu dengan perasaanku sendiri. Merasakan perih yang teramat sangat ketika melihatnya mendekati yang lain. Tetapi apa yang bisa dilakukan oleh seorang 'lover' ketika dia bukan siapa-siapa'nya'? Diam, menahan sakit sendirian, dan berakhir menangis pula. Aku hanya terlalu lelah.
Kecenderunganku menahan sakit sendirian malah membuatku kewalahan, terkadang ingin menangis tetapi tidak bisa dan itu lebih menyiksa lagi. Lalu, saat rindu menyergap tiba-tiba, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, lalu hanya bisa meratap dipenghujung ceritanya.
Mencintamu diam-diam adalah cara tersakit dan terindah. Saat senang, aku sendirian yang merasa. Saat sedih, aku sendiri juga yang merasa. Saat rindu menyumbat, aku sendiri yang tersiksa. Saat balutan 'ingin dicintai baik' menerpa, aku hanya bisa menahan nyerinya sendirian.
SENDIRIAN....
Menyakitkan bila, kita sudah menyatakan atau memberi kode, tetapi malah pengabaian yang diberikan.
Menyakitkan bila, kita mencintai lalu tanpa balasan atau uluran kasih sayang, kita begitu saja disia-siakan.
Menyakitkan bila, kita menyayangi, tetapi malah terperangkap dalam friendzone.
Menyakitkan bila, kita hanya bisa menunggu dan menangis adalah jalan terakhir yang bisa dilakukan.
Menyakitkan bila, diberi harapan dan tidak berakhir dengan jalinan hubungan.
Hanyut terbawa oleh setiap erangan-erangan dari hatiku yang terus memanggil namamu, agak nyeri, namun itu yang selalu ku lakukan. Merindumu bukan hal tabu yang ku lakukan setiap hari, namun bibirku menolak berbicara kejujuran, lalu yang ku lakukan hanya diam dan mencintai sendirian terus-menerus.
Bulu-bulu indah yang tersusun rapih di alismu, menyatu dan membentuk warna hitam gelap yang istimewa.
Rapatnya gigimu yang elok, pemanis senyum lebarmu yang ku simpan rapih ingatan rautmu dalam memori otakku, tidak pernah bosan untuk seringkali ku bayangkan.
Bayangmu itu tidak pernah bosan pula melintas dalam benakku. Lirih suaramu yang nyaring, sering terdengar pekak di telingaku saat video kecerianmu yang juga tersimpan dalam memori otakku aku putar.
Dunia mimpi yang indah beralih kepadaku setiap malam-malam dengan diiringi konser jangkrik merdu. Mimpi itu bercerita betapa bahagianya aku dan kamu, saling mendekat dan bergenggaman tangan begitu erat, bertatap mata sangat lama dan tubuh kita menyatu di suatu pelukan hangat. Namun ketika aku bangun, semuanya nampak kembali seperti duniaku yang tidak berarti tanpa sosokmu yang melengkapi.
Aku gusar, membuat bayangan fatamorgana itu menjadi nyata. Seakan-akan bermain layaknya mimpi. Dalam pandangan kosong, berkhayal adalah hobiku yang tidak jarang ku lakukan.
Menyatukan puzzle wajah dan aktivitas yang indah, disetiap bagiannya terdapat wajahku dan wajahmu yang tersenyum dan tertawa bahagia, namun selalu ada bagian yang hilang, yaitu pemersatu kita; cinta. Karena aku yang selalu mencintai dan kamu yang hanya bisa menganggapku sebagai seorang teman biasa. Itulah kita, tidak bisa bersatu. Aku hanya bisa merapalkan namamu dalam doa, lalu merangkai kisah khayalan sendiri, dan tidak dapat menjadi nyata.
Aku meronta dengan sedikit erangan kesal. Karena ketika aku mencoba membuka pintu hatiku yang sekaligus menjadi tameng, aku malah jatuh ke lubang yang sama lagi, mencintai tanpa dicintai. Dan aku sangat ngilu dengan perasaanku sendiri. Merasakan perih yang teramat sangat ketika melihatnya mendekati yang lain. Tetapi apa yang bisa dilakukan oleh seorang 'lover' ketika dia bukan siapa-siapa'nya'? Diam, menahan sakit sendirian, dan berakhir menangis pula. Aku hanya terlalu lelah.
Kecenderunganku menahan sakit sendirian malah membuatku kewalahan, terkadang ingin menangis tetapi tidak bisa dan itu lebih menyiksa lagi. Lalu, saat rindu menyergap tiba-tiba, aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, lalu hanya bisa meratap dipenghujung ceritanya.
Mencintamu diam-diam adalah cara tersakit dan terindah. Saat senang, aku sendirian yang merasa. Saat sedih, aku sendiri juga yang merasa. Saat rindu menyumbat, aku sendiri yang tersiksa. Saat balutan 'ingin dicintai baik' menerpa, aku hanya bisa menahan nyerinya sendirian.
SENDIRIAN....
Menyakitkan bila, kita sudah menyatakan atau memberi kode, tetapi malah pengabaian yang diberikan.
Menyakitkan bila, kita mencintai lalu tanpa balasan atau uluran kasih sayang, kita begitu saja disia-siakan.
Menyakitkan bila, kita menyayangi, tetapi malah terperangkap dalam friendzone.
Menyakitkan bila, kita hanya bisa menunggu dan menangis adalah jalan terakhir yang bisa dilakukan.
Menyakitkan bila, diberi harapan dan tidak berakhir dengan jalinan hubungan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment