Sedangkan masih banyak rindu yang telah lama mengendap, mengapa kamu
begitu cepat berlalu? Sedangkan masih banyak kata yang belum sempat
terucap, mengapa kamu terlalu cepat memutuskan untuk meninggalkanku?
Sedangkan masih teramat banyak perasaan yang masih terpendam, mengapa
kamu cepat memutuskan untuk pergi jauh? Sehingga hilang dari peredaran hidupku..
Karena walaupun aku bersusah mencarimu, sosokmu takkan pernah lagi
ketemukan.
Aku masih membiarkan rintihan sakit ini bersarang.
Sedangkan kamu? Sudah pergi terlampau jauh. Kamu teramat jauh. Hingga,
tak mungkin dapat ku gapai.
Kamu membiarkan bayanganmu bergentayangan
bebas mengelilingi setiap sudut di pikiran dan hatiku. Bagaimana aku
harus tidak memikirkanmu dan mulai mencari cinta yang baru, sedangkan
kamu begitu banyak meninggalkan kenangan. Aku pun telah jera mengingat
kamu untuk kembali lagi, yang sedangkan itu takkan pernah terjadi.
Bagaimana aku bisa dibuatmu gila? Karena, hanya dengan bayanganmu saja
pun, aku masih dibuat menunggu begitu lama dan tetap bertahan. Bagaimana
aku dapat dibuat sakit oleh perihnya cinta yang tak kunjung datang
seperti apa yang ku harapkan? Padahal hanya sesederhana kamu balas
cintaku dan membuang endapan rindu yang semakin menggunung ini.
Aku bahkan lupa cara hidup normal seperti sedia kala tanpa kamu temani.
Tidakkah
kamu berniat membuat hati ini kembali utuh? Karena akibat kamu pergi,
hati ini mulai mematahkan bagian-bagiannya yang dulu pernah merasakan
kebahagiaan, namun sekarang begitu rentan oleh luka ketika mengingatmu.
Karena hatiku seperti kertas yang kusut yang walaupun tidak rusak, namun
tetap tidak dapat rapih seperti semula lagi.
Luka ini belum kering,
bahkan. Sedangkan kamu mampu berleha-leha menemukan cinta baru. Mudah
memang bagimu, tetapi sangat sulit untukku untuk mulai mencari yang
pantas aku harapkan cinta, yang bahkan bekas luka yang kamu beri pun
belum sempat menutup dan mengering.
"Akulah bintang. Yang selalu
ingin dilihat bulan. Yang selalu ingin dilihat cahayanya yang selalu
setia menunggu untuk bulan mendekat. Namun apa? Bulan terlalu sibuk
menyinari buminya! Bintang selalu mengharapkan bulan melihat, walaupun
tak terlalu terang cahayanya namun selalu memancarkan cahayanya sendiri.
Namun lihatlah. Bulan terlalu sombong."
Bahkan.. aku tidak
pernah bisa mengusir bayanganmu pergi. Dan aku pun terlalu lelah
melakukan sesuatu yang sia-sia. Kesia-siaan yang terus membuatku terus
berharap-Kau datang dan menyesal atas semua yang pernah kau lakukan-Ya!
Itu harapan yang takkan pernah ku raih. Suatu kesia-siaan yang berhasil
membuat hidupku tak sebahagia aku yang dulu. MENUNGGUMU-lah suatu
kesia-siaan itu. Dengan itu, aku kehilangan hampir setiap detik hidup
ini untuk berbahagia, dan aku malah terus meratapimu.
"Bawalah
derai air mata yang telah menganak sungai ini agar kamu yang akan
mendengar sendiri, jeritan hati ini telah ber-anak-an air mata yang
begitu melimpahnya. Dengarlah, betapa menyakitkannya."
Berlarilah.
Karena itu yang aku minta karena yang aku lihat adalah kamu terus
berdiam diri menguasai hampir seluruh ruang dan sudut dalam pikiran dan
hati ini!
Aku begitu sesak dengan harapan-harapan yang selalu menghantui.
Aku yang mencintaimu hampir sebanyak hembusan nafas yang telah ku keluarkan selama aku hidup.
Lihatlah
cara aku menghela nafas dan menariknya kembali, semudah itulah kamu
melupakanku, hanya hitungan detik. Namun aku? Lihatlah ketika aku
mencoba tersenyum dengan tulus, sesulit itulah aku menghilangkan memori
permanen tentangmu, yang walaupun aku melakukannya, namun batinku takkan
pernah ikhlas.
Sep 1, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sep 1, 2012
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Labels:
ehm:')
Sedangkan masih banyak rindu yang telah lama mengendap, mengapa kamu
begitu cepat berlalu? Sedangkan masih banyak kata yang belum sempat
terucap, mengapa kamu terlalu cepat memutuskan untuk meninggalkanku?
Sedangkan masih teramat banyak perasaan yang masih terpendam, mengapa
kamu cepat memutuskan untuk pergi jauh? Sehingga hilang dari peredaran hidupku..
Karena walaupun aku bersusah mencarimu, sosokmu takkan pernah lagi
ketemukan.
Aku masih membiarkan rintihan sakit ini bersarang. Sedangkan kamu? Sudah pergi terlampau jauh. Kamu teramat jauh. Hingga, tak mungkin dapat ku gapai.
Kamu membiarkan bayanganmu bergentayangan bebas mengelilingi setiap sudut di pikiran dan hatiku. Bagaimana aku harus tidak memikirkanmu dan mulai mencari cinta yang baru, sedangkan kamu begitu banyak meninggalkan kenangan. Aku pun telah jera mengingat kamu untuk kembali lagi, yang sedangkan itu takkan pernah terjadi. Bagaimana aku bisa dibuatmu gila? Karena, hanya dengan bayanganmu saja pun, aku masih dibuat menunggu begitu lama dan tetap bertahan. Bagaimana aku dapat dibuat sakit oleh perihnya cinta yang tak kunjung datang seperti apa yang ku harapkan? Padahal hanya sesederhana kamu balas cintaku dan membuang endapan rindu yang semakin menggunung ini.
Aku bahkan lupa cara hidup normal seperti sedia kala tanpa kamu temani.
Tidakkah kamu berniat membuat hati ini kembali utuh? Karena akibat kamu pergi, hati ini mulai mematahkan bagian-bagiannya yang dulu pernah merasakan kebahagiaan, namun sekarang begitu rentan oleh luka ketika mengingatmu. Karena hatiku seperti kertas yang kusut yang walaupun tidak rusak, namun tetap tidak dapat rapih seperti semula lagi.
Luka ini belum kering, bahkan. Sedangkan kamu mampu berleha-leha menemukan cinta baru. Mudah memang bagimu, tetapi sangat sulit untukku untuk mulai mencari yang pantas aku harapkan cinta, yang bahkan bekas luka yang kamu beri pun belum sempat menutup dan mengering.
"Akulah bintang. Yang selalu ingin dilihat bulan. Yang selalu ingin dilihat cahayanya yang selalu setia menunggu untuk bulan mendekat. Namun apa? Bulan terlalu sibuk menyinari buminya! Bintang selalu mengharapkan bulan melihat, walaupun tak terlalu terang cahayanya namun selalu memancarkan cahayanya sendiri. Namun lihatlah. Bulan terlalu sombong."
Bahkan.. aku tidak pernah bisa mengusir bayanganmu pergi. Dan aku pun terlalu lelah melakukan sesuatu yang sia-sia. Kesia-siaan yang terus membuatku terus berharap-Kau datang dan menyesal atas semua yang pernah kau lakukan-Ya! Itu harapan yang takkan pernah ku raih. Suatu kesia-siaan yang berhasil membuat hidupku tak sebahagia aku yang dulu. MENUNGGUMU-lah suatu kesia-siaan itu. Dengan itu, aku kehilangan hampir setiap detik hidup ini untuk berbahagia, dan aku malah terus meratapimu.
"Bawalah derai air mata yang telah menganak sungai ini agar kamu yang akan mendengar sendiri, jeritan hati ini telah ber-anak-an air mata yang begitu melimpahnya. Dengarlah, betapa menyakitkannya."
Berlarilah. Karena itu yang aku minta karena yang aku lihat adalah kamu terus berdiam diri menguasai hampir seluruh ruang dan sudut dalam pikiran dan hati ini!
Aku begitu sesak dengan harapan-harapan yang selalu menghantui.
Aku yang mencintaimu hampir sebanyak hembusan nafas yang telah ku keluarkan selama aku hidup.
Lihatlah cara aku menghela nafas dan menariknya kembali, semudah itulah kamu melupakanku, hanya hitungan detik. Namun aku? Lihatlah ketika aku mencoba tersenyum dengan tulus, sesulit itulah aku menghilangkan memori permanen tentangmu, yang walaupun aku melakukannya, namun batinku takkan pernah ikhlas.
Aku masih membiarkan rintihan sakit ini bersarang. Sedangkan kamu? Sudah pergi terlampau jauh. Kamu teramat jauh. Hingga, tak mungkin dapat ku gapai.
Kamu membiarkan bayanganmu bergentayangan bebas mengelilingi setiap sudut di pikiran dan hatiku. Bagaimana aku harus tidak memikirkanmu dan mulai mencari cinta yang baru, sedangkan kamu begitu banyak meninggalkan kenangan. Aku pun telah jera mengingat kamu untuk kembali lagi, yang sedangkan itu takkan pernah terjadi. Bagaimana aku bisa dibuatmu gila? Karena, hanya dengan bayanganmu saja pun, aku masih dibuat menunggu begitu lama dan tetap bertahan. Bagaimana aku dapat dibuat sakit oleh perihnya cinta yang tak kunjung datang seperti apa yang ku harapkan? Padahal hanya sesederhana kamu balas cintaku dan membuang endapan rindu yang semakin menggunung ini.
Aku bahkan lupa cara hidup normal seperti sedia kala tanpa kamu temani.
Tidakkah kamu berniat membuat hati ini kembali utuh? Karena akibat kamu pergi, hati ini mulai mematahkan bagian-bagiannya yang dulu pernah merasakan kebahagiaan, namun sekarang begitu rentan oleh luka ketika mengingatmu. Karena hatiku seperti kertas yang kusut yang walaupun tidak rusak, namun tetap tidak dapat rapih seperti semula lagi.
Luka ini belum kering, bahkan. Sedangkan kamu mampu berleha-leha menemukan cinta baru. Mudah memang bagimu, tetapi sangat sulit untukku untuk mulai mencari yang pantas aku harapkan cinta, yang bahkan bekas luka yang kamu beri pun belum sempat menutup dan mengering.
"Akulah bintang. Yang selalu ingin dilihat bulan. Yang selalu ingin dilihat cahayanya yang selalu setia menunggu untuk bulan mendekat. Namun apa? Bulan terlalu sibuk menyinari buminya! Bintang selalu mengharapkan bulan melihat, walaupun tak terlalu terang cahayanya namun selalu memancarkan cahayanya sendiri. Namun lihatlah. Bulan terlalu sombong."
Bahkan.. aku tidak pernah bisa mengusir bayanganmu pergi. Dan aku pun terlalu lelah melakukan sesuatu yang sia-sia. Kesia-siaan yang terus membuatku terus berharap-Kau datang dan menyesal atas semua yang pernah kau lakukan-Ya! Itu harapan yang takkan pernah ku raih. Suatu kesia-siaan yang berhasil membuat hidupku tak sebahagia aku yang dulu. MENUNGGUMU-lah suatu kesia-siaan itu. Dengan itu, aku kehilangan hampir setiap detik hidup ini untuk berbahagia, dan aku malah terus meratapimu.
"Bawalah derai air mata yang telah menganak sungai ini agar kamu yang akan mendengar sendiri, jeritan hati ini telah ber-anak-an air mata yang begitu melimpahnya. Dengarlah, betapa menyakitkannya."
Berlarilah. Karena itu yang aku minta karena yang aku lihat adalah kamu terus berdiam diri menguasai hampir seluruh ruang dan sudut dalam pikiran dan hati ini!
Aku begitu sesak dengan harapan-harapan yang selalu menghantui.
Aku yang mencintaimu hampir sebanyak hembusan nafas yang telah ku keluarkan selama aku hidup.
Lihatlah cara aku menghela nafas dan menariknya kembali, semudah itulah kamu melupakanku, hanya hitungan detik. Namun aku? Lihatlah ketika aku mencoba tersenyum dengan tulus, sesulit itulah aku menghilangkan memori permanen tentangmu, yang walaupun aku melakukannya, namun batinku takkan pernah ikhlas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment