May 9, 2013

#FlashFictionBersambung Perempuan Dalam Mimpi Eps. 2


Lalu, aku mencoba berpikir kembali, mengobrak-abrik memori otakku dan terus mencari ingatan yang sepertinya telah hilang.
Aku terbengong beberapa saat, hingga waiter mengagetkanku dengan sebuah bill di tangannya. Aku lantas membayar dan pergi dari tempat itu, meninggalkan segala pikiran meracauku yang entah sudah sampai mana kucoba pikirkan. Tidak tunggu lama, aku langsung menuju parkiran menjemput mobilku untuk pulang.

Aku membiarkan tubuhku telentang di atas kasur empuk nan lebar, yang sama saja membiarkan pikiranku mengingat-ngingat kembali kejadian hari ini. Memoriku berhenti pada suatu peristiwa; perempuan di kafe tadi.
Penasaranku begitu besar hingga aku berpikir keras dan terbayang oleh wajahnya, perempuan tadi bergelayut hebat di setiap ruang dalam pikiranku, sekarang. Entah dari memori mana di bagian otakku yang menyimpan banyak sekali gambaran perempuan tersebut, hingga aku selalu mengingatnya.
“Kau masih suka bermimpi tentang perempuan itu?”
Aku mengangguk pelan. Kalau saja dia bukan Tiffanytunanganku, aku pasti sudah marah karena dia telah lancang masuk ke kamarku tanpa permisi.
“Sebaiknya kau ikut terapi yang kuanjurkan.”
Aku hanya diam. Selalu itu yang dikatakannya. Ia selalu menganggap kecelakaan bus yang ku tumpangi 2 tahun lalu adalah penyebab perempuan itu terus saja datang dalam mimpi-mimpiku. Aku tidak pernah peduli tentang terapi ingatan yang dianjurkannya.
Tidak pernah ada satupun orang yang mengakatannya padaku, bahwa aku hilang ingatan ketika kecelakaan tersebut, itu menandakan ingatanku baik-baik saja. Lalu, tunanganku yang baru kukenal 6 bulan menganjurkanku untuk terapi ingatan, aku sama sekali tidak tertarik.
***

Senja ini aku duduk termangu di halte bus, entah apa yang merasukiku hingga aku ingin sekali naik bus untuk pulang. Keadaannya cukup lengang untuk jam pulang kerja seperti sekarang.
“Kau masih belum mengingatku?” Perempuan itu menghembuskan asap rokok yang menyembul dari bibir merahnya. Aku bahkan sempat berpikir darimana dia dapatkan bibir merah itu sedangkan dia seorang perokok. Aku sangat familiar dengan perempuan ini, perempuan dalam mimpiku.
“Kau mengenalku? Lalu mengapa saat di kafe kau seperti melihat orang asing?”
“Kau tahu, ada beberapa ingatan yang sangat ingin kita lupakan, aku sedang berusaha untuk itu.” Perempuan itu mematikan rokoknya, lalu membuangnya. Matanya menerawang.
Sorry?
“Aku sedang berusaha untuk melupakanmu, Alfa. Tetapi, aku selalu gagal. Untuk apa mengingat orang yang tidak mengingatku? Kau selalu menunggu di halte bus ini. Kau akan datang setiap senja. Kau akan melambaikan tanganmu saat melihat bus yang menampungku datang. Lalu kita akan pulang bersama, kau harus naik bus 2 kali hanya untuk memastikan aku sampai di rumah.” Keran air matanya seperti dibuka, hingga bulir-bulir air matanya deras sekali turun.
“Kita?”
“Sepasang tunangan yang kala itu sangat mendambakan pernikahan. Kau tahu bagaimana rasanya dilupakan? Itu menyakitkan. Kalau saja aku bernasip sama sepertimu saat kecelakaan 2 tahun lalu itu terjadi. Kau hanya lupa padaku, dokter memastikan itu, dan orang tuamu kusuruh merahasiakannya. Hingga kusuruh Tifanny mendekatimu, dia adalah sepupuku.”
Tiba-tiba saja aku mengalami sakit kepala yang begitu hebat, hingga tidak mampu sadarkan diri.


Aku membuka mataku yang agak berat perlahan. “Crista?”
“Apa?” Dia kaget.
“Crista?”
“Kau sudah kembali ingat?”
“Memang sejak kapan aku lupa?”
Perempuan itu memelukku dengan erat. Air matanya membahasi tengkukku. Aku membalas pelukannya.


Ini lanjutan #FlashFictionBersambung Perempuan Dalam Mimpi Eps. 1 kak @benzbara_ (bisa dibuka di sini)
Tapi, yang menghancurkan hati banget itu bukan karena gak menang, karena belum ikut berpatisipasi dalam lombanya karena telat ngirim post ini:') please bang @benzbara_ baca post-an aku ini kek :")

0 comments:

Post a Comment

May 9, 2013

#FlashFictionBersambung Perempuan Dalam Mimpi Eps. 2


Lalu, aku mencoba berpikir kembali, mengobrak-abrik memori otakku dan terus mencari ingatan yang sepertinya telah hilang.
Aku terbengong beberapa saat, hingga waiter mengagetkanku dengan sebuah bill di tangannya. Aku lantas membayar dan pergi dari tempat itu, meninggalkan segala pikiran meracauku yang entah sudah sampai mana kucoba pikirkan. Tidak tunggu lama, aku langsung menuju parkiran menjemput mobilku untuk pulang.

Aku membiarkan tubuhku telentang di atas kasur empuk nan lebar, yang sama saja membiarkan pikiranku mengingat-ngingat kembali kejadian hari ini. Memoriku berhenti pada suatu peristiwa; perempuan di kafe tadi.
Penasaranku begitu besar hingga aku berpikir keras dan terbayang oleh wajahnya, perempuan tadi bergelayut hebat di setiap ruang dalam pikiranku, sekarang. Entah dari memori mana di bagian otakku yang menyimpan banyak sekali gambaran perempuan tersebut, hingga aku selalu mengingatnya.
“Kau masih suka bermimpi tentang perempuan itu?”
Aku mengangguk pelan. Kalau saja dia bukan Tiffanytunanganku, aku pasti sudah marah karena dia telah lancang masuk ke kamarku tanpa permisi.
“Sebaiknya kau ikut terapi yang kuanjurkan.”
Aku hanya diam. Selalu itu yang dikatakannya. Ia selalu menganggap kecelakaan bus yang ku tumpangi 2 tahun lalu adalah penyebab perempuan itu terus saja datang dalam mimpi-mimpiku. Aku tidak pernah peduli tentang terapi ingatan yang dianjurkannya.
Tidak pernah ada satupun orang yang mengakatannya padaku, bahwa aku hilang ingatan ketika kecelakaan tersebut, itu menandakan ingatanku baik-baik saja. Lalu, tunanganku yang baru kukenal 6 bulan menganjurkanku untuk terapi ingatan, aku sama sekali tidak tertarik.
***

Senja ini aku duduk termangu di halte bus, entah apa yang merasukiku hingga aku ingin sekali naik bus untuk pulang. Keadaannya cukup lengang untuk jam pulang kerja seperti sekarang.
“Kau masih belum mengingatku?” Perempuan itu menghembuskan asap rokok yang menyembul dari bibir merahnya. Aku bahkan sempat berpikir darimana dia dapatkan bibir merah itu sedangkan dia seorang perokok. Aku sangat familiar dengan perempuan ini, perempuan dalam mimpiku.
“Kau mengenalku? Lalu mengapa saat di kafe kau seperti melihat orang asing?”
“Kau tahu, ada beberapa ingatan yang sangat ingin kita lupakan, aku sedang berusaha untuk itu.” Perempuan itu mematikan rokoknya, lalu membuangnya. Matanya menerawang.
Sorry?
“Aku sedang berusaha untuk melupakanmu, Alfa. Tetapi, aku selalu gagal. Untuk apa mengingat orang yang tidak mengingatku? Kau selalu menunggu di halte bus ini. Kau akan datang setiap senja. Kau akan melambaikan tanganmu saat melihat bus yang menampungku datang. Lalu kita akan pulang bersama, kau harus naik bus 2 kali hanya untuk memastikan aku sampai di rumah.” Keran air matanya seperti dibuka, hingga bulir-bulir air matanya deras sekali turun.
“Kita?”
“Sepasang tunangan yang kala itu sangat mendambakan pernikahan. Kau tahu bagaimana rasanya dilupakan? Itu menyakitkan. Kalau saja aku bernasip sama sepertimu saat kecelakaan 2 tahun lalu itu terjadi. Kau hanya lupa padaku, dokter memastikan itu, dan orang tuamu kusuruh merahasiakannya. Hingga kusuruh Tifanny mendekatimu, dia adalah sepupuku.”
Tiba-tiba saja aku mengalami sakit kepala yang begitu hebat, hingga tidak mampu sadarkan diri.


Aku membuka mataku yang agak berat perlahan. “Crista?”
“Apa?” Dia kaget.
“Crista?”
“Kau sudah kembali ingat?”
“Memang sejak kapan aku lupa?”
Perempuan itu memelukku dengan erat. Air matanya membahasi tengkukku. Aku membalas pelukannya.


Ini lanjutan #FlashFictionBersambung Perempuan Dalam Mimpi Eps. 1 kak @benzbara_ (bisa dibuka di sini)
Tapi, yang menghancurkan hati banget itu bukan karena gak menang, karena belum ikut berpatisipasi dalam lombanya karena telat ngirim post ini:') please bang @benzbara_ baca post-an aku ini kek :")

No comments:

Post a Comment

 

/ˈfeəriˌteɪl/ Template by Ipietoon Cute Blog Design