Saya selalu menjadi korban pembodohan. Korban yang selalu GR ketika
orang yang saya cintai menghubungi saya saat dia mempunyai masalah. Saya
sangat senang. Mengalahkan segala rasa marah saya karena dia datang
kepada saya hanya saat membutuhkan saya. Saya sangatlah merasa bodoh
setelah saya seakan diacuhkan oleh-nya saat dia sudah menyelesaikan
masalahnya.
Saya selalu terlalu baik hingga mengalami masa pembodohan
yang dilakukan oleh kebodohan saya sendiri yang saya lakukan
berulang-ulang, walaupun senang saya selalu merasa sakit diakhir. Saya
merasa ada yang nyeri dibagian dalam, itu jauh didalam.. disini, didalam
hati kecil. Ia selalu berontak jika saya gembira karena kebodohan yang saya mulai, membiarkan saya dimanfaatkan hanya sebagai tong sampah
masalahnya, walau untuk berbagi dan menyelesaikan masalahnya adalah satu
kebanggaan bagi saya, tetapi bagi saya juga itu adalah perbuatan yang
sangat tolol. Saya seperti menyiksa diri saya sendiri dengan menunggu,
menunggu, menunggu lagi apa yang tak mungkin saya dapatkan. Mustahil.
Membayangkannya? Saya pun sudah sangat senang. Menjadi nyata? Itu sangat
abu-abu di dunia ini. Menurut saya, saya hanyalah pembuangan terakhir
jika ia ada masalah dengan hidupnya. Saya tak lebih dari sampah yang
sudah dibuang dan dipungut lagi jika ia butuhkan, lalu membuangnya
lagi mengacuhkannya, membiarkannya, dan tak mengingatnya lagi sampai dia
menemukan masalah lagi. Saya membodohkan diri dan perasaan
saya sendiri. Saya terlalu berharap terkadang. Saya selalu ingat apa
yang dia bilang. Hanya sapaan sederhana dari dia pun, akan selalu
membuat saya menyunggingkan senyuman saya secara tiba-tiba. Saya tidak
mengerti. Walaupun saya sering menangis karena kebodohan saya yang masih
saja saya lakukan, tetapi saya agak merasa sedikit senang karena bisa
memberi solusi walaupun saya tidak tahu itu membantunya atau tidak. Saya
sering tidak peduli apa yang saya lakukan kepadanya, untuk membantunya
akan membuat saya sakit atau menangis lagi, tapi yang saya pikirkan saat
itu hanyalah kebahagiaannya, saya tak pernah berfikir apakah saya akan
sakit atau tidak tetapi nyatanya saya selalu sakit karena hal ini. Ini
memang berat untuk saya. Sakit terus-menerus dan masih memikirkan
'apakah senyumnya masih mengembang?' saya ingin dia terus tersenyum dan
selalu mengeluarkan tawanya seberat apapun masalah yang dia hadapi, aku
selalu berusaha 'aku saja yang menangis! jangan dia' apakah ini cukup
membuat saya diberi nama lain menjadi "Orang Tolol" ? Saya selalu
dibodohi oleh diri dan hati saya sendiri karena kebaikan yang saya
perbuat. Ah.. saya selalu memukul kepala ini jika sedang merasa bodoh.
Namun perasaan ini mengalahkan semuanya. Saya selalu berusaha membuatnya
selalu tersenyum walaupun saya tidak tahu berhasil atau tidak, biarkan
saya saja yang menangis, karena yang ada dihati kecil saya adalah
'biarkan mengalah yang membuat cinta ini terus kuat'. Ya! Mengalah.
Mengalah? Selalu mengalah dalam kesakitan, mengalah dengan keadaan,
mengalah dengan tangisan, mengalah dengan perasaan bodoh, dan mengalah
dengan perasaan 'saya takut sakit hati'.
Sakit hati bukanlah hal baru
dan langka dalam hidup saya selama saya menunggu dia. Saya selalu
merasakannya, bahkan setiap kata-katanya pada wanita lain saya selalu
mendapati hati saya seperti sedikit pilu dan sangat sakit. Itu yang selalu saya
rasakan. Mungkin akan selalu dijadikan tempat pembuangan akhir olehnya,
tapi saya bukanlah wanita yang yang dapat dia rayu dengan mudah
walaupun saya akan merasa senang dengan hal itu.
"Saya selalu merasa bodoh saat saya selalu menjadi sampah yang telah dibuang dan dipungut kembali saat dia ada butuh saya."
Aug 12, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aug 12, 2012
Saya selalu merasa sakit di dalam
Labels:
ehm:')
Saya selalu menjadi korban pembodohan. Korban yang selalu GR ketika
orang yang saya cintai menghubungi saya saat dia mempunyai masalah. Saya
sangat senang. Mengalahkan segala rasa marah saya karena dia datang
kepada saya hanya saat membutuhkan saya. Saya sangatlah merasa bodoh
setelah saya seakan diacuhkan oleh-nya saat dia sudah menyelesaikan
masalahnya.
Saya selalu terlalu baik hingga mengalami masa pembodohan yang dilakukan oleh kebodohan saya sendiri yang saya lakukan berulang-ulang, walaupun senang saya selalu merasa sakit diakhir. Saya merasa ada yang nyeri dibagian dalam, itu jauh didalam.. disini, didalam hati kecil. Ia selalu berontak jika saya gembira karena kebodohan yang saya mulai, membiarkan saya dimanfaatkan hanya sebagai tong sampah masalahnya, walau untuk berbagi dan menyelesaikan masalahnya adalah satu kebanggaan bagi saya, tetapi bagi saya juga itu adalah perbuatan yang sangat tolol. Saya seperti menyiksa diri saya sendiri dengan menunggu, menunggu, menunggu lagi apa yang tak mungkin saya dapatkan. Mustahil. Membayangkannya? Saya pun sudah sangat senang. Menjadi nyata? Itu sangat abu-abu di dunia ini. Menurut saya, saya hanyalah pembuangan terakhir jika ia ada masalah dengan hidupnya. Saya tak lebih dari sampah yang sudah dibuang dan dipungut lagi jika ia butuhkan, lalu membuangnya lagi mengacuhkannya, membiarkannya, dan tak mengingatnya lagi sampai dia menemukan masalah lagi. Saya membodohkan diri dan perasaan saya sendiri. Saya terlalu berharap terkadang. Saya selalu ingat apa yang dia bilang. Hanya sapaan sederhana dari dia pun, akan selalu membuat saya menyunggingkan senyuman saya secara tiba-tiba. Saya tidak mengerti. Walaupun saya sering menangis karena kebodohan saya yang masih saja saya lakukan, tetapi saya agak merasa sedikit senang karena bisa memberi solusi walaupun saya tidak tahu itu membantunya atau tidak. Saya sering tidak peduli apa yang saya lakukan kepadanya, untuk membantunya akan membuat saya sakit atau menangis lagi, tapi yang saya pikirkan saat itu hanyalah kebahagiaannya, saya tak pernah berfikir apakah saya akan sakit atau tidak tetapi nyatanya saya selalu sakit karena hal ini. Ini memang berat untuk saya. Sakit terus-menerus dan masih memikirkan 'apakah senyumnya masih mengembang?' saya ingin dia terus tersenyum dan selalu mengeluarkan tawanya seberat apapun masalah yang dia hadapi, aku selalu berusaha 'aku saja yang menangis! jangan dia' apakah ini cukup membuat saya diberi nama lain menjadi "Orang Tolol" ? Saya selalu dibodohi oleh diri dan hati saya sendiri karena kebaikan yang saya perbuat. Ah.. saya selalu memukul kepala ini jika sedang merasa bodoh. Namun perasaan ini mengalahkan semuanya. Saya selalu berusaha membuatnya selalu tersenyum walaupun saya tidak tahu berhasil atau tidak, biarkan saya saja yang menangis, karena yang ada dihati kecil saya adalah 'biarkan mengalah yang membuat cinta ini terus kuat'. Ya! Mengalah. Mengalah? Selalu mengalah dalam kesakitan, mengalah dengan keadaan, mengalah dengan tangisan, mengalah dengan perasaan bodoh, dan mengalah dengan perasaan 'saya takut sakit hati'.
Sakit hati bukanlah hal baru dan langka dalam hidup saya selama saya menunggu dia. Saya selalu merasakannya, bahkan setiap kata-katanya pada wanita lain saya selalu mendapati hati saya seperti sedikit pilu dan sangat sakit. Itu yang selalu saya rasakan. Mungkin akan selalu dijadikan tempat pembuangan akhir olehnya, tapi saya bukanlah wanita yang yang dapat dia rayu dengan mudah walaupun saya akan merasa senang dengan hal itu.
"Saya selalu merasa bodoh saat saya selalu menjadi sampah yang telah dibuang dan dipungut kembali saat dia ada butuh saya."
Saya selalu terlalu baik hingga mengalami masa pembodohan yang dilakukan oleh kebodohan saya sendiri yang saya lakukan berulang-ulang, walaupun senang saya selalu merasa sakit diakhir. Saya merasa ada yang nyeri dibagian dalam, itu jauh didalam.. disini, didalam hati kecil. Ia selalu berontak jika saya gembira karena kebodohan yang saya mulai, membiarkan saya dimanfaatkan hanya sebagai tong sampah masalahnya, walau untuk berbagi dan menyelesaikan masalahnya adalah satu kebanggaan bagi saya, tetapi bagi saya juga itu adalah perbuatan yang sangat tolol. Saya seperti menyiksa diri saya sendiri dengan menunggu, menunggu, menunggu lagi apa yang tak mungkin saya dapatkan. Mustahil. Membayangkannya? Saya pun sudah sangat senang. Menjadi nyata? Itu sangat abu-abu di dunia ini. Menurut saya, saya hanyalah pembuangan terakhir jika ia ada masalah dengan hidupnya. Saya tak lebih dari sampah yang sudah dibuang dan dipungut lagi jika ia butuhkan, lalu membuangnya lagi mengacuhkannya, membiarkannya, dan tak mengingatnya lagi sampai dia menemukan masalah lagi. Saya membodohkan diri dan perasaan saya sendiri. Saya terlalu berharap terkadang. Saya selalu ingat apa yang dia bilang. Hanya sapaan sederhana dari dia pun, akan selalu membuat saya menyunggingkan senyuman saya secara tiba-tiba. Saya tidak mengerti. Walaupun saya sering menangis karena kebodohan saya yang masih saja saya lakukan, tetapi saya agak merasa sedikit senang karena bisa memberi solusi walaupun saya tidak tahu itu membantunya atau tidak. Saya sering tidak peduli apa yang saya lakukan kepadanya, untuk membantunya akan membuat saya sakit atau menangis lagi, tapi yang saya pikirkan saat itu hanyalah kebahagiaannya, saya tak pernah berfikir apakah saya akan sakit atau tidak tetapi nyatanya saya selalu sakit karena hal ini. Ini memang berat untuk saya. Sakit terus-menerus dan masih memikirkan 'apakah senyumnya masih mengembang?' saya ingin dia terus tersenyum dan selalu mengeluarkan tawanya seberat apapun masalah yang dia hadapi, aku selalu berusaha 'aku saja yang menangis! jangan dia' apakah ini cukup membuat saya diberi nama lain menjadi "Orang Tolol" ? Saya selalu dibodohi oleh diri dan hati saya sendiri karena kebaikan yang saya perbuat. Ah.. saya selalu memukul kepala ini jika sedang merasa bodoh. Namun perasaan ini mengalahkan semuanya. Saya selalu berusaha membuatnya selalu tersenyum walaupun saya tidak tahu berhasil atau tidak, biarkan saya saja yang menangis, karena yang ada dihati kecil saya adalah 'biarkan mengalah yang membuat cinta ini terus kuat'. Ya! Mengalah. Mengalah? Selalu mengalah dalam kesakitan, mengalah dengan keadaan, mengalah dengan tangisan, mengalah dengan perasaan bodoh, dan mengalah dengan perasaan 'saya takut sakit hati'.
Sakit hati bukanlah hal baru dan langka dalam hidup saya selama saya menunggu dia. Saya selalu merasakannya, bahkan setiap kata-katanya pada wanita lain saya selalu mendapati hati saya seperti sedikit pilu dan sangat sakit. Itu yang selalu saya rasakan. Mungkin akan selalu dijadikan tempat pembuangan akhir olehnya, tapi saya bukanlah wanita yang yang dapat dia rayu dengan mudah walaupun saya akan merasa senang dengan hal itu.
"Saya selalu merasa bodoh saat saya selalu menjadi sampah yang telah dibuang dan dipungut kembali saat dia ada butuh saya."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment